watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

INTERNET FRIEND

Anggap saja namaku Rini. Tahun ini aku berusia
25 tahun. Pertualangan cintaku cukup banyak,
setidaknya menurutku. Kebanyakan cowok-
cowok yang pernah bercinta denganku kukenal
dari internet. Salah satunya bernama Francis, dia
berumur 30 tahun, orang Singapore yang
datang ke Jakarta untuk bisnis. Aku mengenalnya
cukup lama via internet sebelum bertemu
dengannya. Saat itu aku sedang kesulitan
keuangan (sekarang pun sebenarnya masih) dan
dia menawarkan bantuan. Maka dari itu aku tidak
keberatan ketika dia minta bertemu di kamar
hotelnya setelah ia selesai meeting dengan
partnernya. Saat itu umurku sekkitar 23 tahun.
Setelah kutunggu-tunggu akhirnya teleponku
berdering menjelang tengah malam. Ternyata
dari Francis. Sebetulnya dia kurang setuju aku ke
hotelnya sendirian pada tengah malam begitu.
Tapi kuyakinkan dia bahwa aku telah terbiasa
keluar malam dan taksi yang kugunakan adalah
taksi yang terkenal amannya, Blue Bird.
Menjelang jam satu subuh aku tiba di hotel
tempat dia menginap. Hotelnya terletak daerah
Slipi. Tidak terbayangkan olehku kalau Francis
orangnya cukup tampan, tinggi dan putih bersih.
Senyumnya yang khas sempat membuatku
simpatik padanya. Kami pun ngobrol di dalam
kamarnya yang lumayan luas. Pertama dia sibuk
dengan note book-nya mengerjakan
perkerjaannya, sedangkan aku duduk di atas
ranjang asyik dengan acara TV yang 24 jam.
Setelah dia selesai dengan pekerjaannya, dia pun
menfokuskan perhatiannya kepada ceritaku.
Bagaimana aku bisa kesulitan uang dan
berhutang hingga berpuluh juta. Aku bercerita
sampai aku menangis. Dia pun memelukku
menenangkan diriku.
Tidak lama kemudian, dia permisi ke kamar
mandi untuk berganti pakaian. Sebelumnya dia
mengenakan jeans dan kaos oblong. Dia hanya
mengganti celana jeans-nya dengan celana
pendek. Dengan santai ia membaringkan dirinya
di atas ranjang sembari memelukku. Lalu aku
mulai bercerita tentang masa laluku yang cukup
kelam. Bagaimana aku merasa canggung orang
memperlakukanku karena aku mempunyai
payudara yang cukup besar (36C).
"Sebesar itukah payudara kamu?", tanyanya
setelah aku menjawab pertanyaannya mengenai
ukuran BH-ku.
Aku tersenyum dan mengangguk.
"Boleh aku melihatnya?"
Kutarik leher kaos oblongku hingga ia dapat
mengintipnya sedikit.
"Wow, emang besar!", decaknya, akupun
tertawa.
"Ada orang punya yang lebih besar dariku dan
lebih indah!", tanyaku penasaran.
"Setidaknya payudaramu yang terbesar yang
pernah kulihat!", gelaknya, lalu mulai lancang
meremas payudara kiriku dengan tangan
kanannya. Aku tidak menepis tangannya
malahan merapatkan diri. Reaksiku membuat dia
tambah berani. Dia mencium bibirku dan
lidahnya dengan lincahnya masuk
mempermainkan lidahku. Kusambut ciumannya
tidak kalah hotnya. Kunikmati sentuhan yang ia
berikan pada payudaraku. Jarinya mulai
meremas putingku.
"Ohmm" aku mulai merintih nikmat. Kurasakan
celana dalam yang kukenakan di balik celana
jeans-ku mulai basah. Dengan bantuannya aku
melepaskan kaos oblongku dan dia pun
demikian. Aku merasakan hangatnya kulitnya
ketika kulit kami bersentuhan. Ditariknya salah
satu tali BH-ku ke bawah sehingga salah satu
putingku menyembul keluar menantang di
matanya. Langsung saja dia melahap putingku
dengan mulutnya. Putingku dihisapnya dan
dimain-mainkan dengan lidahnya. Aku pun
merintih lagi dan meremas rambutnya. "Ohh..
Francisss.. nikmat sekali.. oohh."
Putingku yang satunya tidak lolos dari remasan
tangannya. Aku mulai meronta kegelian dan
kenikmatan. Tanganku pun turun menelusuri
punggungnya sebelum akhirnya menyentuh
tonjolan panjang di balik celana pendeknya.
Kuremas batangan itu dengan gemas sehingga
membuat ia mulai mengeluh nikmat. Ditepisnya
tanganku dan untuk sesaat ia menatapku sambil
terus mengulum dan mengisap putingku.
Tangannya melepaskan kaitan BH-ku, lalu
bebaslah payudaraku dari BH. Dengan ganas ia
terus menjilat, mengulum dan mengisap
putingku bergantian. Bahkan dengan kedua
tangannya dia menyatukan kedua putingku dan
dihisapnya bersamaan.
"Ohhmm ooohh.. " aku pun merintih lagi dan
lagi. Kurasakan selangkanganku makin basah
dan geli saja.
"Buka celana jeans kamu!", perintahnya setelah
berhenti 'menyiksa' putingku.
Nafasku memburu dan segera saja kuturuti
perintahnya. Selagi aku membuka celana jeans-
ku dia pun menarik turun celana pendeknya
disertai celana dalamnya. Terpampang di
hadapanku batang kemaluannya yang sudah
mengacung panjang. Walau sedikit kurus,
batang kenikmatannya lumayan panjang. Entah
berapa centi.
Tanpa berkata apa-apa dia menyodorkan batang
kenikmatannya ke wajahku. Mengetahui apa
yang di inginkannya.. kujulurkan lidahku dan
mulai menjilat kepala kemaluannya. Dia mulai
merintih keenakan setelah lidahku dengan
lincahnya menjilat sekitar lubang kencingnya.
Kudorong ujung lidahku ke lubang kencingnya
sambil jari-jariku menggelitik daerah pantat dan
pahanya sehingga membuat dia gelinjang geli
nikmat.
Ketika dia menikmati jilatanku. Tiba-tiba saja
kuhisap batang kenikmatannya masuk ke dalam
mulutku dengan kencang. Dia mengerang",
Oohh... Riniii.. eeenak sekaliii..." Aku tersenyum
dan menarik batang kemaluannya keluar dari
mulutku sambil masih mengisapnya. Lalu
kuhisap masuk lagi ke dalam mulutku.
Kugerakkan kepalaku maju mundur sehingga
batang kenikmatannya masuk keluar, masuk,
keluar.. masuk .. keluar dari mulutku. Aku
menikmati kemaluannya karena baunya bersih
dan menyenangkan. Rambutku diremasnya
sambil mengerang nikmat. Karena selain
mulutku mengisap dan mengulum batang
kenikmatannya. Tanganku sibuk meremas buah
pelirnya dan tanganku yang satunya sibuk
meraba-raba, menggelitik sekitar lubang
pantatnya.
"Ohh Riniii.." mendengar rintihannya
membuatku bertambah semangat saja. Lidah
kudorong masuk ke dalam lubang kencingnya
selagi kuhisap batang kemaluannya.
"Ayo dong kita langsung mulai!", serunya
menghentikan kegiatanku.
Dia menindih tubuhku. Di hisapnya lagi putingku
sambil tangannya meraba celana dalamku.
"Oooh Rini.. kamu basah sekali." bisiknya sambil
menyelusup jari-jarinya ke dalam celana
dalamku menyentuh liang kewanitaanku yang
memang sudah basah sejak tadi. Jari tengahnya
mulai memainkan klitorisku.
"Ohh.. Uhhmm.." Aku mulai merintih keenakan.
Entah kapan tiba-tiba saja celana dalamku sudah
dibukanya. Batang kemaluannya diarahkan ke
liang kewanitaanku yang sudah mekar dan
berdenyut minta dimasukin batang
kemaluannya.
"Ohh... yah.. setubuhi aku.., cepat! " pintaku.
Dengan sekali dorong batang kenikmatannya
sudah masuk ke dalam liang kewanitaanku.
"Oohh!", aku seperti merasakan terkena strum
saja ketika batang kemaluannya masuk ke liang
kewanitaanku. Francis mulai memompa batang
kemaluannya, masuk.. keluar.. masuk.. keluar
liang kewanitaanku. Aku pun merintih semakin
jadi, "Arrh... arrrgh.. arrrhh.. oooh yesss..
uhmm arrh arrh.. arh.. arh.. arhhggghh...
arrgghh."
Payudaraku bergoyang seiring Francis
memompa liang kewanitaanku dengan batang
kemaluannya.
"Yesss.. ohh yes.. Riniii.. ugghh.. uuggghh.
ugghh... lubangmu memang nikmat bangett.
uugh.. uughh.. uuggghh." Francis tidak kalah
diam. Mulutnya terus saja melenguh keenakan.
Lima belas menit kemudian dia mempercepat
genjotannya. Kutahu dia sudah akan keluar.
"Busyet!.. akuu sudaah mau keluar.. uugh..
ughh.. yesss.. oohh yes!"
Aku merasakan tubuhnya menegang dan batang
kemaluannya menembakkan air mani ke dalam
liang kewanitaanku. Batang kenikmatannya
seolah bergetar di dalam liang kewanitaanku.
Tidak lama kemudian tubuhnya pun jatuh lunglai
di atas tubuhku. Kujepit batang kemaluannya
dengan liang kewanitaanku sehingga membuat
dia gemetaran untuk beberapa detik.
"Maaf... aku tidak dapat memuaskanmu",
katanya setelah menggulingkan tubuhnya ke
sampingku.
Aku tersenyum padanya, "Tidak apa-apa kok!",
bisikku penuh pengertian, toh dia bukan laki-laki
pertama yang tidak dapat memuaskanku.
"Ohh Rinii.. kamu terlalu pengertian!", ujarnya
lalu memelukku setelah akhirnya kami berdua
jatuh tertidur.
Permainan tidak hanya sampai di situ. Sekitar
jam 4 subuh tiba-tiba aku merasa tangannya
meraba dan meremas payudaraku lagi. Aku
pura-pura tidur pulas. Lidahnya mulai menjilat
dan mengulum kedua puting susuku secara
bergantian. Mau tidak mau aku mulai merintih
keenakan tapi mataku masih tertutup rapat. Tiba-
tiba saja dia langsung memasukkan batang
kemaluannya ke liang kewanitaanku yang belum
cukup basah. Aku mengerang antara kesakitan
dan nikmat. Francis tidak peduli, sepertinya dia
terangsang sekali menyetubuhiku selagi aku
tidur. Gerakannya sungguh tidak beraturan
kadang cepat kadang lambat, membuatku
kelimpungan nikmat. Batang kemaluannya
seperti sedang mempermainkan liang
kewanitaanku. Lama-kelamaan liang
kewanitaanku bertambah basah. Genjotan
Francis begitu keras dan semakin cepat.
Tangannya meremas payudaraku sambil terus
menggenjot liang kewanitaanku dengan batang
kemaluannya. Nafasnya semakin memburu dan
memburu. Tiba-tiba tubuhnya menegang dan
spermanya pun menyemprot keluar dalam liang
kewanitaanku. Mau tidak mau aku menjerit
karena ketika dia keluar, payudaraku diremasnya
dengan kuat sekali. Kurasakan lagi tubuhnya
gemetaran sebelum akhirnya jatuh menimpa
tubuhku.
Jam 7 pagi aku pun kembali ke rumah (aku
tinggal sendirian). Sejak itu, tidak ada berita
darinya. Bantuannya tidak pernah datang.
Sepertinya aku dikibulin lagi. Aku merasa jijik
pada diriku sendiri. Hutang yang melilitku benar-
benar telah mengubah jalan hidupku.
Di ceritaku yang terdahulu, aku bercerita tentang
Francis, salah seorang teman internetku. Kali ini
teman internetku yang lain, namanya Wong. Dia
adalah teman internetku dari Malaysia, JB. Aku
mengenalnya pada awal tahun 1998 dan
bertemu dengannya setahun kemudian.
Ayahnya seorang yang cukup berada, makanya
aku mengharapkan dapat meminjam uang
darinya. Karena hutang yang melilitku benar-
benar membuatku menemui jalan buntu.
Sementara itu aku belum juga mendapat
pekerjaan.
Wong usianya setahun lebih tua dariku.
Sebelumnya aku sempat menjadi cybergf-nya.
Tapi kemudian memutuskanku setelah 4 bulan
kami bersama secara cyber. Terus terang saja,
dia sering menelponku dari Malaysia ke Jakarta
hanya untuk telepon seks denganku.
Di pertengahan tahun 1999, dia datang ke Jakarta
menemani tamu ayahnya, entah dalam rangka
apa. Dia menginap di salah satu hotel terkenal di
Jakarta. Seperti layaknya aku menemui Francis
dulu, tengah malam aku menunggunya di lobi
hotel. Kami bertemu di lobi hotel tempat dia
menginap. Kulitnya sedikit gelap untuk keturunan
Chinese, well, aku pun demikian. Badannya
tegap namun sedikit gemuk. Wajahnya tidaklah
terlalu tampan.
Setelah menyalamiku, dia pun mengajakku ke
kamar hotelnya. Kutahu apa yang akan terjadi
dan aku bersedia menerima resikonya. Yang
penting bagiku adalah mendapatkan sedikit
pinjaman darinya. Gayanya yang begitu
sombong tidak kupedulikan.
Di kamarnya kami nonton TV sambil ngobrol di
atas sofa. Kamar yang di tempatinya cukup luas.
Suasana begitu kaku sampai akhirnya dia
menyuruhku melepaskan jaket kulitku (saat itu
aku mengenakan jaket kulit, t-shirt dan jeans
warna hitam). Aku pun melepaskan jaketku.
Kutangkap matanya menatap buah dadaku yang
ukurannya memang lumayan besar tapi
kucuekin saja.Dia mulai menanggalkan celana panjangnya
yang berwarna coklat. Tinggallah celana pendek.
Kemudian dia duduk lagi di sampingku. Kami
kembali membicarakan tentang hutangku. Dia
bilang akan mempertimbangkan akan
membantuku atau tidak. Aku cuma bisa
tersenyum kecut. Ingin rasanya aku menangis
tapi kutahan.
Wong mengeluh merasa letih. Ditariknya
tanganku mengikutinya ke atas ranjang. Dia
minta aku memijitnya. Kuikuti keinginannya.
Tubuhnya menelungkup di atas ranjang
kemudian kedua tanganku mulai memijitnya.
Sekitar 15 menit aku memijat punggung, leher
dan kakinya sampai akhirnya dia bilang cukup.
Aku hendak beranjak kembali ke sofa, tapi
tangannya menarikku kembali ke ranjang hingga
tubuhku jatuh ke sampingnya. Akhirnya
kubiarkan diriku berbaring di sampingnya sambil
mataku menatap TV yang masih menyala. Aku
pura-pura menikmati film yang sedang
ditayangkan. Kurasakan dia mulai mendekapku
selayaknya aku ini guling. Tangannya meraba
buah dadaku. Jari-jarinya berkeliling di sekitar
buah dadaku mencari putingku dan dia
menemukannya. Karena putingku bereaksi
dengan remasan tangannya atas buah dadaku.
Mataku tetap kutumpukan pada TV. Ia mulai
mengesek-gesekkan batang kemaluannya ke
pahaku. Nafasnya mulai memburu dan lidahnya
mulai dimainkanya ke telingaku. Tanpa
kuinginkan aku merasa cairan hangat keluar dari
liang kewanitaanku menembus celana dalamku.
Sepertinya aku mulai terangsang, apalagi jari-
jarinya mulai meremas dan memilin putingku
yang mengeras. Sepertinya dia tahu aku mulai
terangsang. Tiba-tiba dia menciumku dengan
mulutnya yang bau rokok. Lidahnya
dijulurkannya sehingga mau tidak mau aku pun
mengisap lidahnya. Wong melenguh, batang
kemaluannya terus digeseknya ke pahaku. Aku
merasakan batang kemaluannya sudah
mengeras dan makin besar saja. Aku merasa
tubuhku gemetaran karena terangsang. Dia
menindihku dan menyingkap t-shirt-ku
menutupi wajahku.
Tiba-tiba aku merasakan Wong menggigit
putingku. Aku mengerang pelan kesakitan.
Wong menarik 'piring' BH-ku ke bawah lalu yang
kurasakan kemudian lidahnya dengan lincah
menjilat-jilat putingku. Nafasku jadi semakin
berat dan memburu. Rangsangan yang kudapat
sungguh tidak terhingga enaknya. Lidahnya
begitu kuat menjilat putingku bergantian. Dia
mulai mengisap putingku, ditariknya putingku
sembari terus mengisap. Aku mengerang
nikmat, "Ohmm... uggghhm....."
Tidak lama kemudian dia berhenti mengisap
putingku. Yang kutahu kemudian dia melepas
celananya dan celana jeans-ku. Kami berdua
telanjang bulat di atas ranjang yang empuk.
Diremasnya buah dadaku dengan ganas
sebelum mulutnya kembali melahap putingku
bergantian. Dipeluknya diriku dan membalikkan
badan sehingga kami berubah posisi.
Kini giliran tubuhku yang menindih tubuhnya.
Instingku memberitahukan aku harus
melayaninya. Kutarik putingku keluar dari
mulutnya meskipun ia masih asyik
mengisapnya. Aku mencium lehernya, putingku
menyentuh puting kecilnya. Wong segera
mendekapku. Kudorong tubuhnya setelah
kuberikan cupang dekat bahunya. Lidahku
berpindah memainkan putingnya. Kutekan
lidahku ke puting susunya yang kecil mungil itu
dan kujilat.. jilat.. jilat .. jilat dan isap.. isap.. isap.
Kugigit putingnya pelan sambil jari kukuku sibuk
menggaruk puting satunya. Kudengar dia
mendesah keenakkan. Batang kemaluannya
yang menyentuh perutku terasa makin tegang
saja. Kucuekin batang kemaluannya untuk
sementara selagi aku asyik mempermainkan
putingnya.
"Hisap dong batang kemaluanku! ooohh",
terdengar desahannya memintaku mengisap
batang kemaluannya. Lidahku pun berpindah
menjilat kepala kemaluannya. Baunya khas.
Kujilat kepala batang kemaluannya. Kuisap kepala
kemaluannya ke dalam mulutku. Lalu kudorong
lidahku ke lubang spermanya. Tanganku
meremas buah pelirnya pelan seakan-akan
memijit. Aku tidak ingin bermain terlalu lama
dalam oral seks kali ini. Aku segera merangkak
ke atas tubuhnya, setengah berlutut di atas
badannya. Kuarahkan batang kemaluannya
mendekati liang kewanitaanku yang sudah basah
sejak tadi. Tidak langsung kumasukkan,
kugunakan kepala kemaluannya menggaruk-
garuk bibir kewanitaanku dulu sehingga
membuat Wong tambah terangsang dan
merem-melek dibuatnya.
"Rin... Kita mulai yuk!" serunya, tiba-tiba
mengangkat pantatnya sehingga batang
kemaluan menerobos masuk ke dalam liang
kewanitaanku. Bersamaan kami menjerit nikmat.
Kudiamkan sebentar batang kemaluannya di
liang kewanitaanku, lalu aku mulai mengangkat
pantat sehingga batang kemaluannya mulai
meninggalkan liang kewanitaanku dan
kuturunkan pantatku lagi hingga batang
kemaluannya masuk lagi menerobos masuk ke
liang kewanitaanku yang hangat.
Aku mulai mengerakkan pantatku naik turun,
buah dadaku yang besar juga naik turun, naik
turun mengikuti gerakanku. Batang kemaluannya
terus masuk.. keluar.. masuk.. keluar.. masuk..
keluar liang kewanitaanku. Gerakanku sengaja
kulambat-lambati tapi kemudian akupun
mempercepat gerakanku. Tangannya meremas
pantatku sambil menolongku mempercepat
genjotanku.
"Arrhh.. ooh.. oooh... ooohh.. yah.. ooohh...
goyangin.. oooh..Riniii...kuperkosa kamu
sekarang .. .arrrgghh... uugughh.. arrrgh!"
Wong terus mengerang keenakkan. Salah
satunya meremas buat dadaku dan mencubit
putingku. Ketika sedang asyik-asyiknya aku
merasakan batang kemaluannya di dalam liang
senggamaku, tiba-tiba Wong mengangkat
pantatku, dilemparkannya tubuhku ke samping.
Segera ia mengocok batang kenikmatannya dan
spermanya keluar menembak ke arah perutku.
Kulihat tubuh Wong mengejang. "Ooohhrrrh!",
rupanya dia tidak mau aku hamil karena waktu
itu kami tidak memakai kondom. Segera dia
bangkit langsung ke kamar mandi
membersihkan badannya. Setelah itu aku pun
ikut membersihkan tubuhku. Di kamar mandi
aku menangis tanpa suara, kugosok sabun
berkali-kali membersihkan tubuhku. Betapa aku
merasa hina dan kotor.
Setelah aku kembali berpakaian, Wong langsung
menanyakan jam berapa aku akan pergi. Aku
merasa tersinggung sekali hampir saja aku
kembali menangis tapi berhasil kutahan. Aku
bilang aku akan pergi menjelang pagi. Wong
berjanji dia akan menghubungiku sebelum
kembali ke Malaysia. Kuiyakan dengan anggukan
kepala.
Wong memang meneleponku sebelum dia
kembali ke Malaysia, JB. Katanya, dia baru akan
membantuku kalau aku benar-benar sudah
kepepet sampai ke pengadilan. Kembali lagi, aku
cuman bisa tersenyum kecut.
Rini namaku (Bukan nama sebenarnya). Aku
berasal dari Kalimantan Barat dari sekarang ini
sudah pindah ke Jakarta bersama keluargaku.
Aku kehilangan kegadisanku saat berusia 15
tahun (Well, dengan cowok pertamaku tentunya,
alasannya klise, demi cinta). Aku ingat benar tiap
cowok yang pernah berhubungan seks
denganku. Setelah dua tahun meninggalkan
cowokku yang pertama (dia cowok brengsek!),
aku baru berhubungan seks lagi dengan cowok
lain. Cowok kedua yang pernah menikmati
tubuhku, adalah saudara sepupuku sendiri yang
usianya 5 tahun lebih muda dariku. Dua tahun
kemudian baru aku berhubungan kembali
dengan cowok yang lain.
Cowok yang ketiga adalah teman internetku.
Namanya Wayne. Orang Vietnam keturunan
Chinese dan usianya setahun lebih tua dariku. Dia
adalah teman internet pertama yang pernah
menikmati tubuhku. Saat itu aku berusia 22
tahun, berada di Melbourne untuk kuliah. Aku
suka sekali chatting dengan Wayne yang berada
di Brisbane. Awalnya kami cuman ber-
cyberseks-ria. Dia adalah 'pelanggan' tetapku.
Setelah beberapa kali cyber seks, kami pun mulai
berphone seks ria.
Setelah hampir dua bulan perkenalan kami, tiba-
tiba saja dia mengirimkan tiket pesawat dan
uang saku untukku. Katanya dia ingin sekali
bertemu denganku. Kamipun sepakat bertemu di
Gold Coast karena dekat dengan Brisbane.
Beberapa hari menjelang keberangkatanku ke
Gold Coast, kami bersepakat tidak akan ber-
phone sex atau pun masturbasi biar pas
ketemunya kami tambah hot.
Aku sedikit tegang untuk bertemu dengannya.
Kami sama sekali tidak pernah saling mengirim
photo. Hari itu, di Gold Coast, aku menunggunya
di kamar motel di mana aku menginap. Lewat
handphone, aku menelepon ke rumahnya dan
ternyata dia belum pulang kuliah. Lalu sekitar
setengah jam kemudian, handphone berdering.
Terdengar suaranya ketika kuangkat, katanya
dalam satu jam dia akan tiba di tempatku setelah
kukatakan nama motel dan nomor kamarku.
Deg-degan rasanya menunggu detik demi detik,
menit demi menit. Aku berusaha
membayangkan dia itu jelek sekali sehingga aku
tidak akan terlalu kecewa bila bertemu
dengannya. Satu jam sudah berlalu tapi dia tidak
kunjung datang. Di kamar motelku ada dua
ranjang. Satu single bed dan satunya lagi double
bed. Sepertinya kamar yang kutempati adalah
untuk keluarga. Karena semalam aku tidak tidur
sama sekali, akupun jatuh tertidur di atas single
bed yang nyaman serta empuk.
Sekitar hampir setengah jam, tiba-tiba terdengar
suara memanggil namaku. Kutahu dia setengah
mengantuk, kusuruh ia masuk karena pintu
kamar sengaja tidak kukunci. Belum sadar
penuh, samar-samar aku melihat seorang lelaki
masuk, melempar tasnya begitu saja langsung
berjalan ke arahku. Yang kuingat kemudian,
orang itu memelukku, erat sekali. Kubuka
mataku lebar-lebar menatap wajahnya ketika dia
selesai memelukku. Wajahnya ternyata cute dan
alisnya tebal.
"Wayne?".
"Yah,.. Saya Wayne, kamu manis sekali Rin?"
Mendengar pujiannya aku cuman bisa
tersenyum. Lalu ia pun pergi menutup pintu
kamarku yang lupa ia tutup tadi. Sambil
tersenyum simpatik dia menghampiri diriku lagi.
Tiba-tiba saja dia mencium bibirku, diisapnya
bibirku sehingga aku mendorong lidahku keluar,
langsung saja dia mengisap lidahku begitu pula
sebaliknya, aku memancing lidahnya masuk ke
dalam mulutku sehingga dapat kuisap ke dalam
mulutku. Lidahku suka sekali menjelajahi dalam
mulutnya seakan-akan mengoda lidahnya untuk
bereaksi dengan lidahku.
Wayne menghentikan ciuman kami dan
ditatapnya buah dadaku. Kedua tangannya
terangkat dan meremas kedua belah buah
dadaku. Hatiku berdesir seakan disengat listrik
ketika merasakan remasan tangannya. Dua
tahun aku tidak disentuh oleh laki-laki, ini benar-
benar bagaikan pertama kali saja. "Rin,
payudaramu sungguh lembut dan besar!"
pujinya membuatku terasa melayang apalagi
jarinya menemukan putingku yang bereaksi
dengan remasan tangannya. Nafasku mulai
memburu begitu pula nafasnya.
Lidah Wayne menjelajahi leherku sambil
tangannya masih meremas-remas buah dadaku.
Tanganku tidak tinggal diam. Tangan kiriku
meraba-raba dadanya lalu ke bawah, ke
selangkangannya. Kuremas gundukan yang
menonjol keluar dari celana jeans-nya. Wayne
memutuskan untuk membuka kancing kemeja
biru yang kukenakan. "Silakan, kalau kamu mau
memandang langsung payudaraku!" bisiknya.
Kubantu ia membuka kancing kemejaku. Aku
memakai BH hitam waktu itu. Buah dadaku yang
lumayan besar sepertinya akan mencuat keluar.
Wayne membuka t-shirt dan celana jeans-nya
dan hanya mengenakan kolor yang berwarna
coklat. Ditarik tanganku dan didorongnya
tubuhku ke atas ranjang yang lebih besar. Baru
disadarinya kalau aku dari tadi ternyata hanya
mengenakan pakaian dalam dan kemeja. Kini
dengan pasrah aku berbaring di atas ranjang
dengan pakaian dalamku saja yang berwarna
hitam.
Dengan gemas dia menindihku dan menciumi
belahan dadaku yang dalam. Tangannya
meremas-remas pantatku. Dengan giginya dia
melepaskan salah satu tali BH-ku. Putingku yang
berwarna coklat muda pun mencuat keluar
akhirnya. Seperti bayi saja dia langsung saja
mengisap putingku dan digigitnya sehingga aku
mengerang antara sakit dan nikmat. "Aakkkhh...
hmm... Wayneee"
Tangan kanannya berpindah ke selangkanganku.
Celana dalamku sudah basah karena cairan
kewanitaanku. Tiga jarinya ditekan-tekan dan di
gosok-gosok di antara selangkanganku. Benar-
benar membuatku terangsang sekali. Sedangkan
tangan kirinya meremas-remas buah dadaku
yang sebelah kanan. Buah dadaku yang sebelah
kiri masih diisapnya dengan rakus. Setelah
beberapa detik kemudian, dia melepaskan celana
dalamku dan celana dalamnya juga. Tanganku
segera meraih batang kemaluannya yang tidak
begitu besar tapi tegak sempurna. Kugenggam
erat batang kemaluannya dalam tanganku dan
kuremas-remas. Kali ini aku mendengar dia
mengerang nikmat, "Ooohh... Nikmat sekali"
Setelah itu dia pun membuka BH-ku.
Membebaskan buah dadaku dari himpitan BH.
Dibenamkan wajahnya di antara buah dadaku
sambil lidahnya menjilat jilat. "Waynneee...
hmm... oohh", kugigit bibirku menahan nikmat
ketika jarinya menggelitik bibir liang
kewanitaanku dan mulutnya sibuk menjilat dan
mengisap putingku bergantian.
Melihat aku sudah begitu terangsang. Wayne
segera saja memakai kondom, dibuka lebar-
lebar kakiku dan ditusuknya batang kemaluan ke
dalam liang kewanitaanku yang telah basah
sekali. Pertama kali merasakan tusukan batang
kemaluannya, aku benar-benar merasakan bagai
disengat listrik. Baru kusadari, setelah dua tahun,
aku benar-benar merindukan tusukan batang
kemaluan dari seorang laki-laki di liang
senggamaku. Aku dan dia sama-sama
mengerang nikmat saat itu. Lalu yang kuingat,
Wayne mulai menggerakkan badannya naik..
turun, naik.. turun. Setiap gerakannya benar-
benar membawa nikmat bagiku. Lalu diangkat
kakiku sehingga membebani kedua pundaknya.
"Oooohh... uugghhmm", benar-benar nikmat
sekali. Terasa sekali batang kemaluannya
menusuk liang kewanitaanku dalam sekali.
"Ohh Rini... indahnya hidup ini.., kalau aku bisa
bersetubuh denganmu terus! Ooohh... ini lebih
indah dari telepon seks!"
Wayne terus saja mengenjotku dengan batang
kemaluannya. Matanya merem-melek menikmati
batang kemaluannya.
"Genjot terus.."
"Uggh.. uuuggghh... Ooouuuggh.. ugh.. uggh"
Gerakannya semakin cepat dan keras. Terdengar
suara-suara 'basah' setiap buah pelirnya bertemu
dengan lubang pantatku. Keringat kami
mengucur deras. Buah dadaku bergerak naik..
turun, naik.. turun dalam himpitan pahaku
disetiap genjotan Wayne.
"Riniii... oooh.. terus.., aku hampir sampai
oouuuggh" Wayne segera menurunkan kakiku
dari pundaknya. Tangannya meremas buah
dadaku dengan keras sehingga aku menjerit
kesakitan dalam nikmat. "Aarrrgghh.. waynee!"
Tubuh Wayne mengejang sebelum akhirnya
jatuh lunglai di atas tubuhku. Kurasakan
keringatnya dan keringatku bercampur aduk.
Diciuminnya pipiku dan membiarkan batang
kemaluannya mengecil di dalam liang
kewanitaanku. Dengan sendirinya batang
kenikmatannya pun permisi keluar dari liang
senggamaku yang masih berdenyut-denyut
minta ditusuk lagi. Malamnya kami kembali
berseks ria lagi dan lagi.
Keesokkan siangnya, Wayne tampak tidak
bersemangat melayani nafsuku. Katanya kepala
batang kemaluannya rasanya sakit sekali. Aku
tidak kehabisan akal. Aku ingat ketika aku sakit
gigi, aku suka sekali memakai es batu untuk
mengusir rasa sakit walaupun cuma sebentar.
Kuambil es batu dari lemari es dan kutaruh
semuanya di atas mangkuk.
Wayne sudah bugil saat itu dengan batang
kemaluannya yang sudah tegang. Kumasukkan
salah satu es batu dan kugigit-gigit sehingga
hancur di dalam mulutku. Lalu lidahku yang
dingin pun menjilat batang kemaluannya. Kulihat
Wayne gemetar dibuatnya. "Dingin!. ooohh...
apa yang kamu lakukan!" tanyanya. Aku tidak
menjawab. Hanya tersenyum dan meneteskan
air es ke atas kepala kemaluannya lagi. Lalu
kujilat, jilat, jilat dan jilat dengan lidahku yang
mulai hangat lagi. Kumasukkan bongkahan kecil
es batu ke dalam mulutku, lalu tiba-tiba saja
kuisap batang kemaluannya ke dalam mulutku.
Wayne merintih nikmat. "Oohh Rinnn that..
really so uuuggh.. niceee"
Aku terus saja mengisap dan menjilat batang
kemaluan Wayne dengan es batu di dalam
mulutku. Wayne terus saja merintih dan
mengerang nikmat tiada hentinya. Jariku yang
dingin bekas air es menyentuh pelirnya dan
meremas lembut. Wayne mengerang tambah
gila saja. Tangannya meremas kuat sekali pada
bantal dan sprei. Kakinya mengejang terus-
menerus menahan nikmat yang kuberikan dari
mulutku yang dingin."Feeling better?" tanyaku iseng sebelum
memasukkan es batu yang lain ke dalam
mulutku. Wayne hampir saja tidak dapat
menjawab, "Eeehh yes" jawabnya susah payah
karena aku kembali mengisap batang
kemaluannya dengan batu es yang masih utuh
di dalam mulutku. Gerakan kepalaku kali ini
kupercepat naik turun. Tanganku terus saja
memijit-mijit pelirnya. Nafas wayne semakin
berat dan memburu. Aku tahu dia sudah mau
keluar. Kuperlambat isapanku lalu kupercepat
lagi. Mempermainkan batang kemaluannya
seperti itu benar-benar membuatku tambah
gemas dan terangsang saja.
"Rinn.. cepat hisap.." mohon Wayne akhirnya
aku mempercepat isapan batang kemaluannya.
Kutarik keluar batang kemaluannya dari mulutku
dan kuisap masuk lagi. Kubiarkan mulutku
kehabisan es batu. Kuberanikan diri menelan
cairan es batu yang bercampur dengan cairan
batang kemaluannya yang asin. Sungguh, baru
pertama kali ini aku menikmati melakukan oral
seks. Terhadap mantanku, aku tidak pernah
menyukainya.
"Uuuhhgg.. ooohh yesss.. uugghh.. ooohh..
oooh.. arrghh.. arrgh", rintihan Wayne semakin
tidak beraturan saja, tapi aku terus saja
mengisap batang kemaluannya dengan mulutku
yang mulai hangat, "Oooh.. hisap sekarang!"
Kaki Wayne mengejang tegang dan batang
kemaluannya yang berada di dalam mulutku
bergetar. Aku mengambil inisiatif terus
mengisapnya. Air maninya menyemprot keluar
dalam mulutku. Kuputuskan untuk menelannya.
Ah, ternyata rasanya nikmat juga, seperti air
kelapa saja cuma agak asin. Kuisap habis air
maninya tidak setetes pun yang lolos dari
jilatanku.
Kupanjat tubuh Wayne dan tersenyum puas
padanya. Aku puas dapat memuaskannya.
Diciumnya bibirku. Lima belas menit kemudian,
batang kemaluannya tegang lagi dan kali ini
batang kemaluannya ditusukkannya ke dalam
liang kenikmatanku dari belakang. Empat hari
dengan Wayne, tiada hari tanpa seks. Aku sering
memberikannya blow job dan dia pun sering
menyiksa nikmat liang kewanitaanku dengan jari
dan batang kemaluannya. Memang setelah
berkali-kali kami bercinta, cuma sekali aku
mencapai puncak. Saat itu posisinya aku yang di
atas menaiki tubuhnya. Tapi bercinta dengan
Wayne adalah salah satu petualanganku yang
murni karena aku berseks ria dengan rela dan
sepenuh hati. Bukan lantaran kepingin ditolong
untuk melunasi hutangku (pada saat itu aku
belum punya hutang). I really enjoy it. Wayne
sekarang sudah menikah dan tinggal di Sydney.
Aku, Rini. pernah punya teman internet yang
berusia setengah abad dan berakhir dengan
bermain cinta. Malam itu aku di cyber caf dan
chatting. Dia yang duluan menyapaku. Ternyata
dia orang Taiwan yang sedang business trip di
Jakarta. Kami chatting sebentar. Pada saat itu aku
sedang stres berat karena masalah hutangku.
Seperti biasa layaknya cowok-cowok yang lain,
lelaki setengah baya ini menawarkan bantuan.
Dan seperti biasanya pula aku selalu percaya.
Well, orang stres dan depresi selalu berharap
walaupun sangat kecil kesempatannya. Kupikir,
kalau dia mau berhubungan seks, yah kuberikan
saja toh dia bukan orang yang pertama. Siapa
tahu aku bisa dapat sedikit uang darinya. Ironis
sekali pemikiranku saat itu.
Aku lupa namanya. Benar-benar lupa. Satu jam
setelah chatting dengannya, aku pun berangkat
ke hotelnya. Hotelnya dekat Mall Taman
Anggrek. Seperti biasa, langgananku taxi Blue
Bird yang sudah kuhafal mati nomor teleponnya.
Anggap saja namanya Tony. Pertama kali
melihatnya, kesan yang kudapat adalah perutnya
gendut sekali. Pasti berat menahan bebannya di
atas tubuhku. Wajahnya terlihat keras dan
tangannya besar serta kasar ketika dia
menyambut tanganku untuk bersalaman.
Langsung saja aku mengikutinya ke kamar
hotelnya.
Sementara dia kembali sibuk mencari cewek-
cewek Jakarta di internet, akupun nonton TV.
Segera saja aku bosan karena dia sama sekali
tidak mengajakku bicara. Sialan, aku dicuekin.
Emang nikmat! Aku pun mengeluh ingin pulang
saja. Segera dia matikan note book-nya dan
duduk di sampingku, di bibir ranjang. Sambil
berbicara mengenai dirinya sendiri yang sudah
cerai dengan istrinya dan anaknya yang berusia
belasan tahun sedang kuliah di luar negeri,
tangannya yang kasar langsung saja meremas
buah dadaku. Aku berusaha menghindarinya.
Tak ingin rasanya aku disentuh olehnya.
Ketika aku hendak berdiri dan pergi
meninggalkannya. Tiba-tiba dia menarik
tanganku dengan kasar dan kuat.
Dihempaskannya aku ke atas ranjang, segera dia
menindihku dengan tubuhnya yang lumayan
berat. Kedua tangan meremas buah dadaku
dengan keras sekali, aku sampai merintih
kesakitan. Tiada aku merasa nikmat sama sekali.
"You hurting me.." rintihku. Dia cuma tertawa.
Aku berusaha mendorong tubuhnya tapi kedua
tanganku segera dikuncinya dengan salah satu
tangannya naik di atas kepalaku sedangkan
tangannya yang satunya dengan kasar meremas
buah dadaku sambil bibirnya berusaha
menciumku. Aku meronta tapi tiada arti. Dia
malah tambah menyakitiku dengan remasan
atas buah dadaku.
"Payudaramu sangat besar dan lembut.. You like
it right?" bisiknya sambil tangannya terus
meremas buah dadaku bergantian.
"You like the way I squeeezing it... right?
uuugghh" Aku diam saja tidak berkutik. Kututup
mataku, tak ingin kulihat wajahnya. Muak sekali
rasanya pada diriku sendiri. Kumaki terus dia dan
diriku yang bodoh ini. Kutahu aku tidak bisa lolos
lagi darinya. Setengah berbisik kuminta dia
mematikan lampu dan menutup gorden.
Pertama dia tidak mau, katanya dia mau melihat
dengan jelas tubuh bugilku. Tapi setelah kuminta
lagi dan lagi, dia pun mau melakukannya. Dia
hanya menyisakan lampu kecil dari meja kecil di
samping tempat tidur.
Kubiarkan dia menelanjangiku, well setidaknya
bagian bawahku. Bagian atas dia cuma
membuka kancing kemejaku dan menarik BH-ku
ke atas. Kubiarkan dia merajalela di atas tubuhku.
Dicubitnya putingku dan diremas remasnya
buah dadaku dengan tangan kasarnya. Sambil
meremas buah dadaku, lidahnya menjilat-jilat
lincah di atas putingku. Tubuhku
mengkhianatiku, liang kewanitaanku mulai basah
apalagi ketika dia memasukkan salah satu jari
yang lumayan besar dan gendut ke dalam liang
kewanitaanku. Digigitnya putingku gemas sambil
jarinya menusuk-nusuk liang kewanitaanku. Mau
tidak mau aku menjerit kesakitan diantara
nikmat, "Aakkhh.."
"Ohh yesss, you like it... don't you... huh?"
tanyanya.
Aku diam saja. Kubenci sekali dengan tubuhku
yang mulai terangsang dengan sentuhannya.
Kututup mataku dan kugigit bibirku agar tidak
keluar suara. Cuma nafasku yang mulai terasa
berat. Ketika kubuka mataku, ternyata dia sudah
bugil dan batang kemaluannya yang lumayan
besar sudah diacungkannya dekat liang
senggamaku.
"Tunggu... pakai kondom dulu dong", mohonku
tapi dia tidak peduli. Belum sempat aku
menghindar dia sudah mendorong pantatnya
dan batang kemaluannya itu sudah masuk ke
dalam liang kewanitaanku yang sudah basah
sekali.
"Oookkh... yesss!" kudengar rintihannya yang
kemudian ia mulai mengenjotku dengan
kemaluan tuanya yang masih cukup 'gagah'.
Tenaganya lumayan besar karena dia mampu
mengangkat pantatku sambil memasukkan
batang kemaluannya ke liang kewanitaanku.
Kugigit bibirku agar tidak merintih nikmat. Tak
ingin aku dia tahu kalau aku mulai menikmati
persetubuhan ini. .
"Uugghh... uugh.. ugh.. ugh.. uuugh.. uughh..
uuugghh.. uuuggh.., kamu suka kan!", Terus
saja dia menggenjot batang kemaluannya
menghunjam liang kewanitaanku. Tidak sampai
lima menit kemudian tiba-tiba saja tubuhnya itu
mengejang, "Aarrggghh!" Segera dikeluarkan
batang kemaluannya dan dikocoknya beberapa
kali sampai akhirnya air maninya menyemprot
keluar di atas perutku. Kurasakan hangatnya air
maninya di atas perutku. Setelah itu dia pun
berjalan ke kamar mandi membersihkan
tubuhnya, setelah itu giliranku.
Kutatap wajahku yang terpantul di cermin kamar
mandi. Kumaki diriku sendiri. Aku mandi dan
menggosokkan sabun sebanyak-banyaknya di
selangkanganku hingga terasa perih, begitu pula
perut, puting dan leherku. Tapi rasa jijik dan
kotor tidak juga hilang. Setelah itu akupun
meninggalkan hotelnya langsung tanpa banyak
bicara lagi. Aku tahu dia tidak mungkin
membantuku dalam menyelesaikan hutangku.
Sungguh, inilah salah satu kesalahanku yang
paling bodoh.
Dalam petualanganku mencari bantuan dana
untuk melunasi hutangku dengan teman internet
bukan hanya dengan orang-orang dari manca
negara. Orang lokal juga pernah. Aku ingat,
namanya Rudy. Pertama kami hanya chatting
biasa. Lalu dia mulai meneleponku di tengah
malam. Kami bercinta via telepon. Suaraku yang
katanya seksi sangat merangsangnya sehingga
membuat dia ingin sekali bertemu denganku.
Tapi aku menolak, karena dia sudah beristri. Saat
itu istrinya baru habis melahirkan dan sedang
isitrahat di rumah orang tuanya bersama bayi
perempuannya. Tinggal dia sendiri di rumah.
Aku punya prinsip tidak akan mau menganggu
cowok yang sudah berkeluarga ataupun sudah
punya pacar. Pantang lah! Dia menawarkan
bantuan yang tidak sedikit padaku jika aku mau
bertemu dengannya dan membiarkannya
melakukan anal, tentu saja aku menolak.
Saat itu, aku baru saja patah hati dengan salah
satu teman internetku yang dari Singapore. Aku
pernah bertemu dengannya dan sebenarnya dia
mencintaiku tapi dia tidak dapat menerima
kenyataan kalau aku pernah berhubungan seks
dengan sepupuku sehingga dia memutuskanku.
Setidaknya cowok ini tidak pernah menyentuh
tubuhku walaupun dia ada kesempatan untuk
itu. Kami hanya berphone seks, itupun setelah
dia kembali ke Singapore. Dan setidaknya, dia
pernah mengirimkan uang untuk membantuku
melunasi hutangku. Ah, aku kangen deh
dengannya. Entah bagaimana keadaannya
sekarang.
Oke, kembali ke Rudy. Rudy ini bebal sekali tidak
pernah sekalipun menyerah walaupun
sebenarnya dia sendiri ragu-ragu. Dia pernah
mengirimkan photonya padaku lewat email-ku
yang di hotmail. Usianya 32 tahun dan putih
bersih kulitnya. Rudy bahkan sudah menemukan
motel terdekat di daerah dekat tempat tinggalku.
Aku pun terus menolak tawarannya. Saat itu aku
masih mengharapkan cowok Singapore-ku
kembali padaku. Aku berharap pada hari Ulang
Tahunku dia akan sudi mengirim short email
untukku.
Tapi yang kudapatkan hanyalah kekecewaan. Dia
tidak pernah kembali dan Rudy mengambil
kesempatan pada saat aku sedang sedih. Sehari
setelah hari Ulang Tahunku yang ke 24, Rudy
datang ke tempatku dan menjemputku untuk ke
motel. Ini adalah pertama kali aku ke motel di
Jakarta.
Motel memang tidak terlalu bagus, tapi
lumayanlah. Rudy dan aku cuman ngobrol-
ngobrol dulu di atas ranjang sementara TV
menayangkan daftar nama nama menteri baru
di kabinet pemerintahan reformasi. Aku
berbaring membelakangi Rudy.
"Kok diam sih? katanya pengen dipeluk!" bisik
Rudy sambil memelukku dari belakang. Memang
yang kudambakan adalah pelukan dari
seseorang pada saat itu. Aku selalu suka dipeluk,
karena aku merasa aman karenanya. Kubiarkan
Rudy memelukku dari belakang sambil
tangannya meremas-remas buah dadaku.
"Ternyata loe tidak bohong.. tetek loe emang
gede.. tangan gue aja tidak cukup menutupinya",
bisiknya lagi sambil meremas buah dadaku
sedangkan batang kemaluannya digesek-gesek
di belahan pantatku sehingga dapat kurasakan
batang kemaluannya yang sudah tegang dan
keras.
Tangan Rudy turun menyentuh selangkanganku,
saat itu kami berdua memang sudah
melepaskan celana jeans masing-masing. Rudy
menemukan aku belum basah benar, akhirnya
dia memutuskan untuk kembali meremas buah
dadaku. Setelah meremas, dengan posisi badan
setengah bangun, Rudy mencium dan menjilat
telingaku. Kurasakan hembusan nafasnya di
telingaku, mau tidak mau aku mengigil geli.
"Rinii.. mana putingmu? hmmm", bisiknya
sambil jari tangannya terus meraba-raba
mencari putingku dari balik BH dan kaosku.
Gerakan jarinya benar-benar merangsangku.
Aku mulai menikmati permainan tangannya.
"Hmm.. eehh" rintihku lemah.
Rudy menemukan putingku yang tegang
menegang karena sentuhannya. "Ini dia.. he..
he.. he..." langsung saja Rudy menggaruk keras
putingku. Kali ini dia memusatkan perhatiannya
pada putingku. Kali ini badanku sudah bergerak
menghadapnya. Kedua putingku dipelintirnya
pelan dengan jari-jarinya sehingga aku tambah
merintih keenakan serta geli. Kurasakan cairan
hangat keluar dari liang kewanitaanku sedikit
demi sedikit. Rudy mencium celana dalamku dan
di jilatnya.
Tanpa membuka kaosku, Rudy membuka tali
BH-ku dan kemudian dengan lahapnya dia
mengulum salah satu putingku sehingga
merem-melek aku dibuatnya. Putingku yang
satunya digaruk-garuk dengan jarinya serta
tangannya yang lain sibuk menggaruk-garuk
liang kewanitaanku yang masih mengenakan
celana dalam.
"Ooohh.. eehh.. hmm" terasa tenggorokanku
kering. Aku menelan ludah membasahi
tenggorokanku. Rintihanku semakin jadi. Rudy
segera meloloskan celana dalamku serta miliknya
juga. Dipasangnya kondom sebelum
dihunjamkannya ke dalam liang kewanitaanku
yang sudah basah sekali. Rudy terus saja
menjilat dan mengulum putingku bergantian
ketika batang kemaluannya asyik memasuki liang
senggamaku. Aku benar-benar merasa nikmat
sekali apalagi tangan Rudy memijit-mijit bagian
atas liang sorgaku. Gila, aku pun merintih
semakin kuat dan nafasku seakan-akan habis
dibuatnya. Aku pun akhirnya merasakan akan
mencapai puncak dan Rudy tahu itu. Dipercepat
gerakan dan pijitannya, bibirnya asyik saja
mengulumku.
"Aakkhh..." aku merintih lemah. Kugigit bibirku
kuat sekali. Tubuhku menegang dan aku
mencapai puncak kenikmatan yang
menyenangkan sekali. Tidak lama kemudian
tubuhku pun melemas. Rudy masih saja belum
klimaks, dibalikkannya tubuhku dan pantatku
diremasnya. Aku tahu apa yang akan
dilakukannya. Kurasakan batang kemaluannya
menyentuh lubang pantatku yang masih belum
pernah dimasuki batang kemaluan. Aku pasrah
saja, badanku lemas sekali setelah aku klimaks
tadi.
Setengah memaksa Rudy menusuk batang
kemaluannya ke dalam lubang pantatku yang
masih sempit sekali. Aku menjerit kesakitan.
Benar-benar sakit sekali. Aku menangis
dibuatnya.
"Ooouukkkh.. gilaa.. nikmat banget lubang
pantat loe.. sempit sekali", Rudy terus saja
menusuk batang kemaluannya lebih dalam lagi
dan membiarkannya sebentar. Kugigit bibirku
sampai terasa perih menahan sakit. Lalu Rudy
pun mulai menarik keluar batang kemaluannya
dan menusuknya lagi ke dalam lubang pantatku.
"Aduuuh.. nikmat sekali say.. uggh.. uugh.
uggh.. heehh.. uugh", kudengar rintihan nikmat
Rudy di telingaku. Nafasnya berat dan tambah
berat saja. Untunglah tidak berlangsung lama,
karena tidak lama kemudian Rudy mencapai
klimaks dan menyemprotkan spermanya di
dalam lubang pantatku.
Ternyata dia sudah melepaskan kondomnya saat
dia akan menusuk lubang pantatku. Dibiarkan
batang kemaluannya mengecil di dalam lubang
pantatku setelah itu ditariknya keluar. Sejak hari
itu, aku tidak pernah bertemu dengan Rudy dan
dia pun tidak pernah meneleponku lagi. Janjinya
padaku untuk transfer uang kerekeningku tidak
pernah dipenuhinya. Janji tinggal janji. Aku tidak
pernah menyalahkan mereka. Yang kusalahkan
adalah diriku sendiri. Begitu bodoh dan lugu.
Akhirnya aku cuma bisa menangis dan
menangis. Aku benar-benar membenci diriku!
Aku pernah bercinta dengan orang India.
Namanya Ricky. Aku kenal dia dari net tentunya.
Orangnya ramah dan tampan. Tidak seperti
orang India pada umumnya, kulitnya bahkan
lebih putih dari kulitku sendiri. Tapi seperti orang
India pada umumnya, dia tinggi besar.
Ricky sama sajalah dengan cowok yang lain.
Memberi harapan kalau dia akan membantuku,
yang tentunya tidak pernah dia penuhi. Aku
yang memang sudah putus asa, tetap saja
tergoda dangan harapan palsu itu.
Pertama, kami hanya minum-minum di Pub
tempat dia menginap. Hotel mewah daerah
Senin. Ribut sekali suasananya sehingga aku dan
dia harus saling berteriak kalau ngomong. Dia
pesan Whisky dan aku memesan Whisky cola.
Sepertinya Whisky-nya kebanyakan daripada
colanya. Aku merasa wajahku merah karena
panasnya Whisky itu. Kamipun memutuskan
berbicara di kamarnya saja, walau aku merasa
kepalaku berdenyut, tapi aku masih bisa berjalan
tegap mengikuti langkah Ricky masuk ke
kamarnya.
Tapi sesampai di kamarnya, aku merasa tidak
tahan lagi dan akhirnya ambruk di atas tempat
tidurnya. Ricky membantuku melepaskan sepatu
hak tinggiku dan membetulkan posisi tubuhku di
atas ranjang. Aku hanya berbaring sebentar
kemudian nonton TV bersamanya. Kami berdua
tidur berdampingan, nonton TV sambil ngobrol.
Entah karena suasana atau apa, Ricky tiba-tiba
menindihku dan bertanya, "Boleh kan aku
menciummu?" aku tidak menjawab, bingung
melihat aku lama tidak bereaksi, Ricky langsung
saja mendaratkan bibirnya ke atas bibirku.
Lembut sekali bibirnya, tidak seperti yang lain.
Benar-benar lama sekali dia mencium dan
menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku
sampai kehabisan nafas.
Dengan bangganya dia mengatakan, cewek-
cewek yang pernah diciumnya dulu selalu
berkata kalau dia itu the best kisser, aku cuma
tersenyum. Sebenarnya, buatku, sehebat
apapun kiss-nya dia.. as long i don't have any
feeling to him, aku tidak akan menikmatinya.
Bahkan terus terang, aku merasa jijik pada diriku
sendiri begitu gampangnya menyerahkan diriku
pada sebuah harapan tipis yang ternyata
kosong.
Akhirnya yang kuingat dia menelanjangi diriku
setelah dia menelanjangi dirinya sendiri. Bibir dan
lidahnya begitu asyik memainkan putingku yang
besar. Dijilat dan dikulumnya... begitu lama dia
bermain di atas putingku, mempermainkan
putingku dengan lidahnya dan bibirnya di sela-
sela giginya yang rata. Akhirnya aku mulai
terangsang apalagi jarinya menyentuh bibir
kemaluanku dan mengocok-ngocok di sana.
Akhirnya aku basah dan bertambah basah.
Seluruh tubuhku seakan dilumuri oleh ludahnya
karena dia mencium hampir setiap inci tubuhku.
Dia bahkan menjilat pusar perutku. Ketika dia
hendak menjilat liang kewanitaanku, aku
menolak.. entah kenapa, mungkin aku sedang
tidak mood.
Aku tertawa geli dan nikmat ketika dia menjilat
ketiakku yang bersih dan licin tanpa bulu. Tidak
pernah seorang pun yang pernah menjilat
ketiakku sebelumnya. Diremasnya buah dadaku,
dijilat jilat lagi putingku sehingga aku merasakan
liang kewanitaanku tambah basah saja dan
berdenyut-denyut.
Meskipun sejak tadi dia sudah telanjang, tidak
sekali pun aku memperhatikan batang
kemaluannya sampai akhirnya dia meminta
blow job dariku. Kali ini aku yang menindih
tubuhnya. Dadanya penuh dengan bulu
membuatku sedikit sukar untuk menjilati
putingnya. Terus terang, aku suka sekali
memainkan puting cowok yang kecil mungil
kalau gemas, sering aku isap-isap lalu kugigit.Aku cuma menjilat putingnya dan mengisapnya
sebentar sampai akhirnya aku merangkak turun
ke batang kemaluannya. Siapa sih yang bilang
kalau orang India barangnya selalu besar,
setidaknya punya Ricky tidaklah besar, bahkan
cenderung lebih kecil daripada punya Francis,
salah satu temanku yang dari Singapore.
Kubuka kulit batang kemaluannya. Aku melihat
lubang kemaluannya sudah mengeluarkan
lendir. Kukeluarkan lidahku dan kujilat, rasanya
asin, baunya sama seperti umumnya. Kudengar
dia mulai mendesah. Kujilati kepala batang
kemaluannya dengan lidahku.. jilat naik.. jilat
turun. Pertama jilatanku pelan saja sampai
akhirnya aku mulai mempercepat jilatanku.
Ricky mendesah sampai akhirnya merintih,
kemudian aku mengisap masuk batang
kemaluannya ke dalam mulutku. Kusedot
sampai hidungku bertemu dengan bulu
kemaluannya, kukeluarkan batang kemaluannya
dan kusedot masuk lagi. Aku mulai
mengoyangkan kepalaku maju mundur. Setiap
gerakan kepalaku yang menyebabkan batang
kemaluan keluar masuk.. keluar masuk mulutku,
menyebabkan Ricky tambah gemetaran saja.
"Ooohh... Riniii... that really nicee... uuggghh...
hmmphh... Ooohh", erang Ricky sambil
meremas rambutku yang panjangnya cuma
sampai sebahu. Kulepaskan kepala batang
kemaluannya dari mulutku, kujilat pelirnya
sambil kukocok batang kemaluannya dengan
tanganku.
Tiba-tiba dia menyodorkan kondom padaku,
langsung saja kusobek bungkusan kondom itu
lalu kukeluarkan kondomnya dan berusaha
memasangnya pada batang kemaluannya yang
sudah merah ujungnya karena kuisap tadi. Aku
emang tidak pandai memasangkan kondom
pada siapapun dan terus terang, aku tidak suka
kondom. Ricky akhirnya turun tangan
memasangkan kondom pada batang
kemaluannya.
Dia mengangkat tubuhku dan
menghempaskannya ke samping. Segera dia
menindihku dengan tubuhnya yang lumayan
berat itu, diacungkan batang kemaluannya
mendekati liang senggamaku tanpa basa basi.
Batang kemaluannya ia hentakkan masuk ke
dalam liang kewanitaanku yang sudah mulai
kering. Aku mengerang sakit sedangkan dia
mengerang nikmat.
"Rinii.. nikmat sekali liang kewanitaanmu..!"
rintihnya kemudian mengenjotku dengan batang
kemaluan yang telah terlapisi kondom. Melihat
buah dadaku yang besar ikut bergerak disetiap
tusukan batang kemaluannya ke liang
kewanitaanku, Ricky merasa gemas dan
langsung saja meremas buah dadaku lalu
digigitnya putingku. Baru kali itu aku bersuara,
"Akkkhh... oohh.." sakit rasanya tapi Ricky
mengira aku mengerang nikmat, dia terus saja
mengisap putingku dengan giginya menancap di
sana. Terpaksa aku mendekapnya sehingga dia
kehabisan nafas dan akhirnya dia melepaskan
putingku. Dia pun mulai konsentrasi menusuk
dan mengenjotku dengan batang kemaluannya.
Kubiarkan Ricky menggenjot liang sorgaku yang
pelan-pelan mulai basah lagi. Hatiku sebenarnya
menjerit kenapa aku bisa jadi begini. Aku benar-
benar jijik dan malu pada diriku sendiri. Tiba-tiba
aku merasa aku ini tidak ada bedanya dengan
pelacur gratisan. Hatiku pedih setiap kurasakan
hentakan batang kemaluannya di dalam liang
senggamaku.
Sementara aku menahan air mataku, Ricky pun
mencapai klimaks dan akhirnya ambruk di atas
tubuhku. Sempat-sempatnya dia menjilat
putingku sebelum dia membalikkan tubuhnya
dan berbaring di sampingku.
Kulihat dia melepaskan kondomnya dan segera
mengantikan dengan yang baru. Ya ampun, dia
masih mau lagi, ternyata batang kemaluannya
masih saja tegang. Ricky mengaku sudah lebih
dari setahun dia hanya mansturbasi dan tidak
merasakan hangatnya liang kenikmatan seorang
wanita.
Dia memintaku yang berada di posisi atas. Aku
segera saja merangkak di atas tubuhnya. Ricky
meremas pantatku ketika aku membimbing
batang kemaluannya menuju ke liang
kewanitaanku, lalu dengan tidak sabar Ricky
segera saja menarik pantatku ke bawah sehingga
batang kemaluannya masuk dalam sekali ke liang
senggamaku sepertinya aku merasakan kepala
batang kemaluannya mencapai perutku saja.
Ricky melenguh nikmat, "Ohh.."
Aku tidak mengangkat pantatku seperti layaknya
pada umumnya diposisi begini. Aku hanya
mengoyangkan pantatku maju mundur dengan
batang kemaluannya masih di dalam liang
kewanitaanku. Gerakan ini benar-benar ampuh
membuat Ricky merintih dan mengerang
nikmat.
"Ooohh... Riniii, sempit sekali milikmu!" aku
tersenyum mendengarnya, tentu saja dia
merasa liang kewanitaanku memijit batang
kemaluannya karena sambil mengerakkan
pantatku maju mundur dengan batang
kemaluannya masih di dalam, akupun
mengerakkan liang kewanitaanku dengan
gerakan hendak menahan pipis. Cara ini sering
kugunakan pada Wayne. Kuingat Wayne juga
mengerang minta ampun padaku saat itu.
Ricky meremas payudaraku sambil aku
mempercepat gerakan pantatku maju mundur.
Tidak sampai 10 menit Ricky klimaks lagi.
"Ooouuukkkhh.. saya mau keluar..!" Serunya lalu
meremas kedua buah dadaku dengan keras
sekali sehingga aku menjerit, "Akkkhh.." Aku
segera mengangkat pantatku setelah beberapa
detik kemudian setelah dia melonggarkan
remasan pada buah dadaku, kulihat batang
kemaluannya mulai mengendor dan mengecil.
Segera aku ke kamar mandi dan menutupnya,
kubuka showernya, masa bodoh dengan
panasnya. Kubersihkan tubuhku sebersih-
bersihnya seperti biasanya aku tidak pernah
merasa bersih meskipun sudah kusabuni
beberapa kali. Akhirnya akupun jatuh menangis
mendekap diriku sendiri di dalam shower.
Aku bertemu dengan Ricky lagi untuk kedua
kalinya. Kami memang bercinta lagi saat itu
karena aku masih berharap dia mau mengerti
keadaanku dan membantuku. Sungguh
pemikiran yang bodoh tapi yang jelas, ketika dia
minta yang ketiga kalinya aku bilang padanya,
"Saya bukan pelacur murahan!". Terakhir yang
kudengar adalah Ricky sudah bertunangan.
Kali ini Rini akan menceritakan tentang si Bule
satu-satunya yang pernah bercinta dengan Rini.
Namanya Andrew, orang Belanda berumur 34
tahun. Kebetulan dia datang untuk liburan. Rini
bertemu dengannya sebagai teman, tidak ada
maksud apapun karena Rini sudah tidak mau
membodohi diri sendiri dengan harapan harapan
kosong yang pernah ada. Jadi, boleh dibilang Rini
bercinta dengannya berdasarkan suka sama
suka (waktu itu Rini sedang goyah banget sih,
tidak peduli pada diri sendiri lagi.., dan
memandang rendah diri sendiri).
Andrew sangat tinggi, hampir mencapai 2 meter
lebih. Rini hanya mencapai di bawah dadanya
saja. Matanya biru langit (tapi Rini lebih suka
mata biru laut yang kelam), warna rambutnya
coklat muda dan wajahnya biasa-biasa saja.
Malam itu aku menemani dia minum di cafe
hotel tempat di mana dia menginap di daerah
Matraman. Hotel baru yang cukup nyaman.
Nama hotelnya aku sudah lupa tuh.., sepertinya
aku sedikit mabuk ketika mengikutinya ke kamar
untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan,
kami berencana ke HardRock cafe (aku belum
pernah ke sana).
Tapi ketika sampai di dalam kamarnya, aku
langsung saja melepas sepatu hak tinggi yang
menyiksaku. Kakiku terasa nyaman sekali ketika
menapak karpet hotel yang dingin. Langsung
saja aku menjatuhkan diri ke atas ranjang besar
yang empuk sambil menyalakan TV. Enggan
sekali rasanya bepergian apalagi sebenarnya aku
kurang menyukai kehidupan malam, aku lebih
suka menghabiskan waktu di kamar hotel untuk
ngobrol dan nonton TV (seperti yang aku
lakukan pada teman-teman chatting sebelum
Andrew dan sesudah Ricky).
Andrew mengelus punggungku (aku berbaring
telungkup saat itu) dan mengajakku pergi,
kuulurkan waktu dengan mengatakan 15 menit
lagi. Andrew terus mengelus punggungku yang
kemudian diteruskan dengan remasan pada
pantatku yang besar. Rasa ngantuk dan letih
sudah merasukiku, mungkin karena minuman
yang kuminum di cafe tadi. Kubiarkan dia
meneruskan aksinya sementara aku terus
menatap TV sambil berusaha untuk tetap
terjaga.
Kurasakan tangannya menyelusup ke bawah t-
shirt biru gelapku, telapak tangannya yang
hangat menyentuh kulit punggungku yang
dingin, terasa kehangatan yang nyaman. Begitu
pandainya dia mengelus punggungku sambil
memijit sampai akhirnya aku menikmatinya.
Andrew melihat sikap pasrahku memutuskan
untuk berbuat lebih jauh, dia membalikkan
tubuhku dan setengah menindihnya mulai
mengelus perutku, lalu pelan-pelan tangannya
naik ke atas menyentuh payudaraku.
Mataku tetap tertuju pada acara TV seolah tidak
peduli dengan apa yang dia lakukan. Terdengar
suaranya membatalkan niat ke HardRock Cafe,
lebih baik tinggal di kamar hotel dan menikmati
moment yang menyenangkan.
Kutahu yang dia maksud, akupun hanya
tersenyum tanpa mengalihkan perhatianku dari
TV. tangannya menyelusup lagi ke balik t-shirt-
ku dan langsung saja meremas buah dadaku
yang masih berlindung di balik BH hitamku.
"Rini.., payudaramu besar dan lembut.." Andrew
menyadari putingku bereaksi dengan sentuhan
dan remasannya. "Juga sangat sensitif..."
bisiknya lalu meloloskan t-shirt-ku dari kepalaku.
Setelah tubuhku lolos dari t-shirt yang kupakai,
kukembalikan pandangan mataku ke TV lagi,
pasrah, itulah yang kulakukan!
Ketika aku merasakan bibirnya menyentuh
putingku dengan BH yang masih melindungi,
aku pun menutup mataku. Hatiku bergetar entah
karena nikmat atau karena ragu. Andrew benar-
benar pandai dalam merangsangku. Gerakan
bibir dan giginya atas putingku benar-benar
membuat kemaluanku langsung basah. Dengan
bantuanku, dia meloloskan celana jeans-ku dan
celana dalamku. Tinggallah diriku dengan BH saja
di atas ranjang. Tapi BH-ku tidak bertahan lama,
setelah Andrew puas menjilat pusar perutku
sembari kedua tangannya meremas kedua buah
dadaku, tiba-tiba saja kedua tangannya menarik
penutup dadaku dengan cepat sehinnga BH-ku
langsung saja lepas dari tubuhku.
Segera Andrew beranjak naik ke payudaraku.
Seperti bayi yang kehausan, Andrew langsung
saja mengisap putingku yang sudah ereksi
sambil kedua tangannya meremas-remas
pantatku. Kedua putingku dihisap secara
bergantian oleh Andrew, bahkan kadang
diremasnya dan berusaha disatukan kedua
putingku sehingga dia dapat menjilat bersamaan.
Akupun mulai benar-benar menikmati
permainannya. TV tetap nyala tapi perhatianku
sudah terpecah.
Andrew tampaknya senang melihat reaksiku,
jilatannya turun ke bawah perutku lalu turun..,
turun.., dan turun.. Andrew segera membuka
kedua pahaku dan kemudian kurasakan
hembusan nafasnya di sela-sela bulu jumbutku
yang setengah menutupi kemaluanku. Tiba-tiba
aku merinding karena geli.
Lidah Andrew segera menyapu bibir
kemaluanku. Dia menjilati klitorisku sehingga
membuat nafasku terasa berat dan memburu.
Betapa berpengalamannya Andrew dalam hal
beginian. Kurasakan dia memasukkan jari
tengahnya ke dalam lubang kemaluanku yang
sudah makin terasa basah.
"Ahh.., oouuh..", rintihku nikmat ketika Andrew
mengisap liang kewanitaanku dan menelan lendir
yang keluar dari liang sorgaku. Setelah
menghisap, dia menjilat lagi dan lendirku pun
tidak habis-habisnya terus keluar. Kubuka lebih
lebar lagi kakiku sehingga Andrew lebih mudah
menjilat liang kewanitaanku sambil menusuk-
nusuk jarinya yang besar ke dalam liang
kewanitaanku.
"Oohh" Kugigit bibirku agar tidak merintih terlalu
keras.
"Andrew.., ohh.., is sooo niceee..." rintihku
sambil meremas rambutnya.
Andrew bertambah semangat, dia memasukkan
jari telunjuknya juga. Akupun menjerit sedikit
kaget. Gila, seperti batang kemaluan saja yang
masuk, apalagi ditambah jilatan dan isapannya
yang memabukkan.
Ingin rasanya aku segera menuntaskan
permainan ini, tapi tidak dengan Andrew. setelah
jarinya terus-menerus dikeluar-masukkan dalam
liang kewanitaanku, langsung saja jari itu
dimasukkan ke dalam mulutku sedangkan jari
tangannya yang satunya langsung
menggantikan menusuk-nusuk liang
kewanitaanku.
Kuisap saja jari tangannya yang beraroma
lendirku sendiri. Andrew menarik jarinya dari
mulutku dan kembali menusukkannya ke dalam
liang kenikmatanku lagi.
Akupun merintih semakin jadi, "Arrh..., arhrh...,
arrhh..., oooh.., oooh.., Andreww"
Andrew penasaran aku tidak klimaks. Segera
saja dengan jarinya dia menggunakan lendirku
mengolesi lubang pantatku yang sebelumnya dia
jilat dulu. Seumur hidup belum ada yang pernah
menjilat lubang pantatku, Hanya Andrew yang
melakukannya.
Setelah dia merasa lubang pantatku cukup basah
oleh lendirku. segera saja dia memasukkan jari
tengah tangan kanannya ke dalam lubang
pantatku bersamaan jari tengah tangan kirinya
menusuk masuk ke dalam liang kewanitaanku.
Aku menjerit, "Akkkhh..., ouugghh.." antara sakit
dan nikmat. Andrew langsung menggerakkan
tangannya maju mundur sehingga aku merasa
kedua lubang bagian bawahku ditusuk-tusuk,
bukan tusukan pada lubang pantatku yang
nikmat, tapi tusukan pada liang kewanitaanku
yang nikmat apalagi jari jempolnya terkadang
memijat klitorisku.
Andrew menghentikan semua kegiatannya lalu
segera menelanjangi dirinya sementara aku
tergeletak lemas di atas ranjang. Sempat kulihat
batang kemaluannya yang besar dan panjang.
Andrew lah yang mempunyai batang kemaluan
yang terbesar dan terpanjang yang pernah
kulihat. Andrew cepat sekali memasang kondom
pada batang kemaluannya yang sudah keras itu.
Tanpa berkata apa-apa Andrew menjilat jari
kakiku kemudian naik ke lututku kembali menjilat
liang kewanitaanku sehingga aku merintih nikmat
lagi. Tiba-tiba kedua tangannya mengenggam
kedua pergelangan kakiku yang kemudian
dilebarkan dan diangkat, pantatku terangkat dan
jatuh ke atas pahanya, kurasakan kepala batang
kemaluannya menyentuh bibir kewanitaanku.
Dia meletakkan kedua kakiku pada kedua
bahunya. Dengan salah satu tangannya dia
menuntun batang kemaluannya mengaruk-
garuk dan menekan-nekan bibir kewanitaanku..
Aku merintih lagi, "Oooohh..., pleasee.., just do
it..., hmmffh..."
Mendengar aku memohonnya, Andrew
langsung saja menghentakkan pantatnya ke
depan. Hentakan yang keras sekali sehingga
langsung saja batang kemaluannya amblas
masuk ke dalam liang kewanitaanku, sakiiit tapi
tidak ingin dia berhenti di situ saja. Andrew
membiarkan aku menarik nafas dulu, lalu segera
dia mengoyangkan pantatnya maju mundur.
Kurasakan batang kemaluannya yang besar dan
keras itu 'menyiksa' liang kewanitaanku dengan
ganas dan cepat.
"Oooohh.., Rini.., liang kewanitaanmu basah dan
hangat.., uuggh.., ooohh.., yesss" Andrew
mengerang tidak kalah kerasnya dengan diriku.
Kuremas bantal yang berada di sampingku.
Dinginnya AC dalam kamar tidak dapat
mendinginkan nafsu Andrew dan diriku.
Permainan berlangsung cukup lama, ketika aku
ingin klimaks, Andrew tiba-tiba melipat lututku
sehingga pahaku menghimpit buah dadaku yang
dari tadi bergerak naik turun. Ditusuk kembali
batang kemaluannya ke dalam liang
kewanitaanku yang terasa mekar dan panas.
"Ooouuccckh..., arrfffhh", Bersamaan kami
mengerang dilanjutkan rintihan-rintihan, diiringn
desahan nafas yang memburu dan berat, lebih
dari 10 menit Andrew mengenjotku dengan
posisi seperti itu sampai kemudian...
"Rini.., may i come nowww?.., uuugh..,
uuggh.., uugghh.." Andrew sudah mau keluar
sedangkan aku masih belum merasa akan
klimaks, tapi tetap saja aku menganggukkan
kepala.
Andrew mempercepat gerakannya lalu tak lama
kemudian ia mengerang keras sekali. Kurasakan
batang kemaluannya gemetaran dalam liang
kewanitaanku, sampai akhirnya Andrew
ambruk.
Malam itu, Andrew mengerjaiku sebanyak 3 kali
dan tidak sekalipun aku klimaks. Untuk
membahagiakannya aku pura-pura klimaks dan
terus terang aku cukup terlatih dalam hal ini
soalnya aku sering melakukannya pada
permainanku yang terdahulu.
Andrew pun kembali ke Singapore, tempat di
mana dia bekerja sebagai engineering. Akupun
tidak pernah berniat mengontaknya begitu pula
sebaliknya, yang terasa bagiku setelah itu adalah
hambar. Tidak ada rasa kecewa ataupun sedih.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/1064
U-ON

inc Powered by Xtgem.com